Sungguh Menakutkan

“Sungguh menakutkan / mencintai sesuatu yang dapat disentuh oleh kematian.” Inilah permulaan sepenggal puisi yang ditulis lebih dari seribu tahun yang lalu oleh penyair Yahudi, Judah Halevi, yang diterjemahkan pada abad ke-20. Sang penyair menjelaskan apa yang mendorong ketakutan itu: “mencintai . . . / Dan kemudian, kehilangannya.”

Tak Ada Penyesalan

Menjelang tutup usia, tidak ada yang menyebutkan tentang harta benda yang sering kita kejar seumur hidup kita. Itulah yang ditemukan Bonnie Ware, seorang jururawat paliatif, saat mendampingi seseorang yang sedang menuju ajalnya. Ia sengaja bertanya kepada mereka: “Apakah Anda akan melakukan sesuatu yang berbeda jika Anda dapat mengulang kembali hidup Anda?” Tema-tema yang hampir senada bermunculan, dan ia pun menyusun daftar lima penyesalan terbesar dari orang yang sekarat: (1) Andai saja saya berani menjalani hidup menurut kemauan sendiri. (2) Andai saja saya tidak bekerja terlalu keras. (3) Andai saja saya punya keberanian mengutarakan perasaan saya. (4) Andai saja saya tetap menjaga hubungan dengan teman-teman saya. (5) Andai saja saya mengizinkan diri saya merasa lebih bahagia.

Dilema Spiritual

Dalam satu hari, umumnya orang mengecek ponselnya sebanyak 150 kali. Bayangkan sejenak hal tersebut. Ada yang menyita perhatian kita, dan bisa jadi hal itu tidak membawa kebaikan bagi kita. Itulah yang diyakini Tristan Harris. Ia adalah salah satu narasumber dalam film yang dibintangi oleh tokoh-tokoh ternama di bidang teknologi, yaitu mereka yang memperkenalkan kita kepada “media sosial.” Akan tetapi, alih-alih memberikan pujian, mereka justru menyuarakan peringatan, dengan menyebut realitas kita hari ini (dan juga menamai filmnya) sebagai The Social Dilemma (Dilema Sosial). “Kita adalah produknya. Perhatian kita adalah produk yang diperjualbelikan kepada para pemasang iklan.” Kita tentu memberikan perhatian kita kepada sesuatu yang kita anggap berharga atau layak. Namun, tidak jarang apa yang kita berikan perhatian itu bisa jadi sesuatu yang akhirnya kita puja.

Diperdamaikan dalam Yesus

Pemain akrobat Philippe Petit menjadi termasyhur pada tahun 1971 ketika ia berjalan di atas kawat yang terentang tinggi di antara menara-menara Katedral Notre-Dame di Paris. Tiga tahun kemudian, ia ditangkap pihak berwajib karena melakukan atraksi serupa tanpa izin di antara Menara Kembar yang pernah menjadi ciri khas pemandangan kota New York. Namun, pada tahun 1987, Petit melakukan sebuah atraksi di luar kelazimannya. Atas undangan walikota Yerusalem Teddy Kollek, Petit berjalan melintasi Lembah Hinnom di atas kawat tinggi sebagai bagian dari Hari Raya Israel tahun itu. Di tengah jalan, Petit melepaskan seekor merpati untuk melambangkan indahnya perdamaian. Aksi yang aneh dan berbahaya itu dilakukannya demi perdamaian. Di kemudian hari, Petit berkata, “Untuk sesaat, seluruh penonton melupakan perbedaan di antara mereka.”

Masih Berbuah bagi Allah

Ada sebuah cerita rakyat kuno tentang seorang wanita yang setiap hari membawa air dari sungai menggunakan dua buah ember yang dipasang pada kedua ujung sebilah tongkat panjang. Ember yang satu masih baru dan kokoh, sementara ember yang lain sudah tua dan bocor. Ketika wanita itu sampai di rumah, ember barunya masih penuh, tetapi ember tuanya nyaris kosong. Ember tua itu pun merasa tidak enak dan meminta maaf. Wanita itu berbalik dan menunjuk ke arah jalan yang telah mereka lalui, lalu bertanya kepada ember tua, “Apakah kamu melihat semua bunga yang tumbuh di sisi jalan itu? Setiap hari kamu menyiraminya, sehingga perjalananku pergi dan pulang dari sungai selalu penuh dengan keindahan.”

Waspada terhadap Kebohongan

Sinematografinya memukau. Musik latarnya memikat dan menenangkan. Isinya menarik dan relevan. Video tersebut menampilkan sebuah percobaan dengan menyuntikkan zat mirip adrenalin pada pepohonan redwood untuk mencegahnya masuk dalam keadaan dorman. Alhasil, pohon-pohon yang disuntik tersebut mati karena tidak diberi kesempatan untuk mengalami masa peristirahatan yang menjadi siklus alaminya.

Menaklukkan Gunung

Mungkin Anda pernah melihat atau mendengar beberapa variasi dari ungkapan ini: “Jika Anda ingin bergerak cepat, lakukanlah sendiri. Namun, jika Anda ingin melangkah jauh, lakukanlah bersama-sama.” Sebuah pemikiran yang indah, bukan? Namun, adakah sebuah penelitian yang dapat meyakinkan kita bahwa ungkapan ini bukan hanya indah, tetapi juga benar?

Latihan Mengingat

Pernahkah Anda bercerita lalu tiba-tiba berhenti, karena tidak bisa mengingat detail seperti nama atau tanggal tertentu? Kita sering menganggap hal itu diakibatkan oleh faktor usia, dengan mengira bahwa ingatan kita memudar seiring waktu. Namun, berbagai penelitian terbaru tidak lagi mendukung pandangan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa masalahnya tidak terletak pada ingatan kita, melainkan pada kemampuan kita untuk mengingat kembali kenangan-kenangan tersebut. Tanpa latihan teratur, ingatan kita akan semakin sulit untuk diakses.

Tujuan Hidup dalam Lima Kata

James Innell Packer, atau yang lebih dikenal sebagai J. I. Packer, meninggal dunia pada tahun 2020, hanya lima hari sebelum ulang tahunnya yang ke-94. Knowing God, buku yang paling terkenal dari teolog dan penulis itu telah terjual lebih dari 1,5 juta jilid sejak penerbitannya. Packer memperjuangkan otoritas Alkitab dan pemuridan, serta mendorong orang percaya di mana saja untuk sungguh-sungguh hidup dalam Tuhan. Menjelang akhir hidupnya, saat ditanya apa pesan terakhirnya bagi gereja, Packer menyebutkan satu kalimat yang terdiri dari lima kata: “Muliakan Kristus dalam segala hal.”